5 Cara Mengantisipasi Konsumerisme Secara Bijak

Oleh Tim Indonesia Asri

Pernahkah kamu merasa barang yang baru dibeli cepat sekali kehilangan daya tarik? Kamu justru tergoda lagi untuk membeli yang lain? Itulah salah satu tanda dari konsumerisme. Gaya hidup ini sering dianggap normal, padahal jika dibiarkan bisa menimbulkan banyak masalah.

Yuk, simak penjelasan seputar ciri-ciri, dampak, dan cara mengantisipasi konsumerisme agar tidak terjebak pada masalah finansial, sosial, hingga lingkungan! 

Apa Itu Konsumerisme?

Kalau mendengar kata konsumerisme, apa yang langsung terlintas di pikiranmu? Biasanya, ini identik dengan kebiasaan belanja berlebihan, selalu ingin barang baru, atau tergoda tren meski barang lama masih bagus. 

Nah, secara sederhana, konsumerisme adalah gaya hidup konsumtif yang menempatkan kepuasan dan status sosial pada barang atau jasa yang dibeli. Jadi, ini bukan soal kebutuhan atau fungsi suatu barang, tetapi lebih menekankan keinginan untuk terlihat lebih keren.

Pola konsumsi seperti ini sering kali dipengaruhi oleh iklan, tren media sosial, atau bahkan tuntutan dari lingkungan sekitar. Kalau kebiasaan ini dibiarkan begitu saja, bukan hanya dompet yang menipis, tetapi juga Bumi kita ikut menanggung dampak buruknya.

Baca Juga: Mengenal Frugal Living dan Dampaknya bagi Lingkungan, Catat!

Ciri-Ciri dan Contoh Konsumerisme

Ciri-Ciri dan Contoh Konsumerisme

Agar lebih mudah mengenali apa itu konsumerisme, berikut adalah beberapa indikator khas gaya hidup konsumerisme yang sering terjadi:

1. FOMO (Fear of Missiong Out)

Pernah merasa ketinggalan kalau tidak ikut beli barang yang lagi viral? Artinya, kamu sedang FOMO. Banyak orang akhirnya membeli produk hanya karena takut dianggap tidak gaul atau ketinggalan zaman. Kalau sudah begini, kamu perlu lebih cepat sadar agar tidak terjerumus ke gaya hidup konsumerisme.

2. Impulsive Buying (Pembelian Impulsif)

Adanya promo diskon di tanggal kembar atau flash sale sering kali jadi alasan seseorang untuk belanja spontan. Barang yang awalnya tidak masuk daftar belanja pun mendadak dibeli karena harganya terlihat murah. Inilah keputusan membeli tanpa mempertimbangkan secara matang.

3. Fokus Pada Merek dan Status Sosial

Beberapa orang menganggap barang mewah (branded) sebagai simbol kesuksesan. Jadi, alasan membelinya hanya untuk pamer di media sosial atau terlihat keren di depan orang lain, bukan karena fungsinya.

4. Hidup Boros dan Utang Konsumtif

Demi memenuhi gaya hidup konsumtif, banyak orang rela membelanjakan uangnya untuk hal-hal yang tidak perlu, atau bahkan sering menggunakan kartu kredit dan pinjaman. Akibatnya, utang menumpuk dan penghasilan habis untuk bayar cicilan.

5. Sulit Membedakan Keinginan dan Kebutuhan

Apakah kamu masih sulit membedakan mana hal yang benar-benar dibutuhkan dan sekadar keinginan sesaat? Ini ciri paling umum dari gaya hidup konsumtif. Semua hal kamu anggap sebagai kebutuhan yang harus terpenuhi, padahal sebenarnya tidak untuk dipakai.

Dampak Negatif Konsumerisme

Dampak Negatif Konsumerisme

Sebelum belajar cara mengantisipasi konsumerisme, sadari bahwa konsumsi berlebihan dapat membawa berbagai dampak buruk yang serius. Beberapa di antaranya:

1. Gaya Hidup Boros dan Berhutang

Konsumerisme membuat kamu lebih sering menghabiskan uang untuk hal yang tidak penting. Lama-kelamaan tabungan menipis, berutang jangka panjang, dan masa depan finansial jadi terancam.

Terlebih lagi, saat ini sangat mudah mendapatkan pinjaman dengan fitur paylayer. Otoritas Jasa Keuangan Indonesia mencatat bahwa di tahun 2023, sebanyak 79,92 juta kontrak pembiayaan paylater tercatat, naik drastis dari 2019 yang hanya sebesar 4 jutaan. 

Akses pinjaman yang mudah ini turut berkontribusi pada mudahnya masyarakat saat ini untuk impulsive buying dan cenderung konsumerisme. 

2. Kesenjangan Sosial

Budaya pamer di media sosial membuat orang lain merasa tertinggal dan tidak puas. Perbedaan kemampuan beli ini nantinya menyebabkan ketidaksetaraan atau kesenjangan sosial antara kelompok yang mampu membeli dan yang tidak mampu.

3. Minim Tabungan Masa Depan

Uang yang terbuang untuk konsumsi berlebih mengurangi peluang investasi atau penyediaan dana darurat di masa mendatang. Akibatnya, kamu tidak punya tabungan yang memadai. Hal ini tentu tidak bisa dibiarkan karena kita tidak tahu apa yang mungkin terjadi di masa depan sehingga kamu perlu menjaga dana darurat dari sekarang.

4. Dampak Lingkungan

Terakhir, dampak lingkungan adalah hal yang jarang kamu sadari dari konsumerisme. Gaya hidup ini juga memiliki dampak besar terhadap lingkungan. Industri fashion bertanggung jawab atas 10% emisi karbon global karena proses produksinya sangat intensif energi.

Jadi, setiap kali kamu membeli pakaian baru hanya karena tren, sebenarnya kamu ikut menyumbang pada peningkatan jejak karbon di bumi. 

Baca Juga: Panduan Lengkap Cara Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Cara Mengantisipasi Konsumerisme

Cara Mengantisipasi Konsumerisme

Kabar baiknya, kamu masih bisa membentengi diri dari gaya hidup konsumtif, lho. Berikut langkah-langkah yang bisa kamu lakukan mulai dari sekarang:

1. Tingkatkan Kesadaran Finansial

Cara mengantisipasi konsumerisme yang pertama adalah dengan mengenali kondisi keuangan diri sendiri. Kamu harus memahami berapa besar pendapatan, pengeluaran rutin, dan utang yang dimiliki. 

Dengan begitu, kamu bisa mengetahui posisi finansial sebenarnya dan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan belanja. Salah satu metode pengelolaan keuangan yang bisa kamu terapkan adalah 50/30/20. 

Dari pemasukan bulananmu, sisihkan 50% untuk kebutuhan pokok, 20% untuk tabungan atau investasi, dan 30% untuk kebutuhan tersier dan sekunder. Cara ini dapat menyeimbangkan antara keinginan dan kebutuhan serta lebih fleksibel.

2. Buatlah Anggaran dan Rencana Pengeluaran

Anggaran itu ibarat peta keuangan. Coba alokasikan budget kamu secara jelas dan rinci sesuai kebutuhan. Misalnya, dana untuk kebutuhan pokok, tabungan, dan pengeluaran tambahan. Dengan rencana pengeluaran yang jelas, keinginan belanja berlebihan bisa lebih terkendali.

Dalam membuat anggaran dan memantau arus kas, kamu bisa mencatatnya secara manual di buku tulis, memanfaatkan Excel atau Spreadsheet, atau mencatatnya dalam aplikasi pencatat keuangan yang tersedia di internet. 

Bahkan, saat ini banyak aplikasi mobile banking yang memiliki fitur untuk membatasi pengeluaran sehingga kamu bisa lebih mindful dalam mengeluarkan uang. 

3. Bangun Skala Prioritas

Salah satu penyebab orang terjebak konsumerisme adalah sulit membedakan kebutuhan dan keinginan. Karena itu, kenali terlebih dahulu perbedaan keduanya, lalu buatlah skala prioritas. Dengan begitu, kamu bisa belajar menempatkan sesuatu sesuai urgensinya.

4. Tunda Keputusan Pembelian

Berikan jeda sebelum membeli barang yang bukan kebutuhan utama. Kebiasaan menunda yang satu ini bisa jadi trik ampuh melawan godaan belanja impulsif. Kalau setelah jeda itu ternyata kamu lupa atau barangnya tidak penting lagi, berarti itu hanya keinginan sesaat.

5. Pertimbangkan Dampak Lingkungan

Setiap barang yang kamu beli punya jejak lingkungan, mulai dari proses produksi, distribusi, hingga akhirnya menjadi limbah. Karena itu, pilih produk yang lebih tahan lama dan ramah lingkungan. Gunakan ulang barang yang masih bagus untuk mengurangi potensi limbah.

Itulah penjelasan mengenai definisi hingga cara mengantisipasi konsumerisme. Dengan mengenali ciri-ciri dan dampaknya, kamu bisa memilih pendekatan konsumsi yang lebih bijak dan berkelanjutan.

Dengan memilih produk berkelanjutan, meminimalkan limbah, dan mendukung slow fashion, kamu turut menumbuhkan ekosistem konsumsi yang lebih ramah lingkungan dan bertanggung jawab. Setiap keputusan belanja adalah investasi terhadap masa depan diri sendiri dan bumi.

Selain memberikan dampak positif terhadap keuangan dan ketenangan hidup, mengurangi konsumerisme juga bisa membantumu memulai gaya hidup berkelanjutan dengan memilih produk ramah lingkungan serta mendukung brand lokal yang mengedepankan sustainability.

Nah, berkaitan dengan salah satu prinsip keberlanjutan ini, ada banyak cara yang bisa kamu upayakan. Misalnya, kamu bisa mengikuti program #AksiAsri dari Indonesia Asri.

Program ini mengajakmu untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan, misalnya dengan memilah sampah sebelum dibuang atau menerapkan sustainable lifestyle. 

Lebih lanjut, kamu juga bisa menyebarkan informasi tentang aksi peduli lingkungan dan mengajak teman-temanmu untuk turut serta di dalamnya. Yang jelas, kamu bisa menikmati dan memaknai setiap aksi yang kamu lakukan untuk melawan konsumerisme berlebihan sekaligus berkontribusi menjaga kelestarian bumi.

Jadi, tunggu apa lagi? Segera daftarkan dirimu untuk menjadi bagian dari perubahan bersama Warga Asri demi kelestarian bumi tercinta!

Baca Juga: Ciri-Ciri Gaya Hidup Minimalis dan Manfaatnya

Oleh Tim Indonesia Asri
Indonesia Asri adalah kampanye yang digagas oleh Chandra Asri untuk bersama mewujudkan Indonesia yang lebih asri; Indonesia yang berwawasan lingkungan berkelanjutan untuk kelak dapat menjadi warisan bagi generasi mendatang.
Rekomendasi Terkait
Edukasi
Carbon Management
Baca Selengkapnya
Edukasi
Carbon Management
Tim Indonesia Asri
September 15, 2025
Baca Selengkapnya
Edukasi
Carbon Management
Baca Selengkapnya
Indonesia Asri
© 2025 - Indonesia Asri
Kampanye oleh