Table of Contents
Pasti kamu sudah familiar dengan istilah influencer. Sampai sekarang, sosok influencer masih sering menjadi guide dalam memutuskan suatu hal, terutama konsumsi. Namun, apakah kamu pernah mendengar istilah deinfluencer?
Faktanya, deinfluencer adalah aktivis digital yang secara tidak langsung ikut mengedukasi soal sustainability lewat kontennya. Apakah konten mereka berisi ajakan menanam pohon dan bersih-bersih sungai? Tentu bukan!
Penasaran bagaimana cara kerja deinfluencer dan apa perannya terhadap lingkungan? Simak penjelasannya di sini!
Apa Itu Deinfluencer?
Deinfluencer adalah kebalikan dari influencer. Jika influencer adalah orang yang merekomendasikan produk dan memengaruhi audiens untuk membelinya, deinfluencer adalah orang yang mengajak audiensnya untuk berpikir lebih kritis sebelum membeli sesuatu.
Di era digital ini, tak bisa dimungkiri bahwa influencer banyak memengaruhi keputusan pembelian masyarakat dan kenyataannya banyak audiens yang jadi lebih konsumtif.
Parahnya, beberapa influencer juga membagikan informasi yang tidak akurat tentang sebuah produk sehingga audiens mendapatkan produk dengan kualitas yang jauh dari harapan.
Menanggapi fenomena ini, muncullah tren deinfluencing, di mana orang yang concern mengkampanyekan tren ini disebut deinfluencer. Namun, perlu diingat bahwa deinfluencer tidak melarang konsumsi, melainkan mengkampanyekan pentingnya sikap bijak saat berbelanja.
Manfaat Deinfluencer
Jika ditelusuri, kemunculan deinfluencer sebenarnya mendatangkan beberapa manfaat. Berikut ini manfaat deinfluencer yang perlu Warga Asri ketahui:
1. Membantu Mencegah Perilaku Konsumtif
Deinfluencer mengajak orang lain agar berpikir ulang sebelum melakukan pembelian. Hal ini bertujuan untuk mencegah perilaku konsumtif, yaitu membeli tanpa pertimbangan rasional, hanya sekadar mengikuti rekomendasi orang lain, padahal tidak benar-benar membutuhkannya.
2. Memancing Kreativitas
Faktanya, banyak influencer merekomendasikan hal yang populer dan seringkali mainstream. Sebaliknya, deinfluencer mengajak agar masyarakat berani tampil kreatif dengan ide segar, produk baru, atau cara pandang yang berbeda dari tren yang berkembang di masyarakat.
3. Membantu Mengkampanyekan Kecantikan Natural
Mungkin salah satu jenis influencer yang sering Warga Asri temui adalah beauty influencer. Tak sedikit beauty influencer yang mengkampanyekan standar kecantikan tidak realistis dan berisiko memicu perasaan rendah diri pada beberapa orang.
Deinfluencer hadir untuk mengkampanyekan pentingnya menghargai kecantikan natural dan melakukan upaya perawatan diri yang lebih sehat, sesuai dengan kebutuhan, dan kemampuannya.
Baca juga: 6 Skincare Alami untuk Perawatan Tubuh, Ini Cara Membuatnya!
Jenis-Jenis Deinfluencer
Seperti halnya influencer yang terbagi ke dalam beberapa jenis berdasarkan produk yang direkomendasikannya, deinflunce pun demikian. Berikut adalah beberapa jenis deinfluencer:
- Deinfluencer antikonsumerisme: Mereka aktif mengajak masyarakat atau audiensnya untuk meminimalkan pembelian barang-barang yang tidak bermanfaat. Aktivitas deinfluencer ini biasanya identik dengan gerakan zero-waste atau anti-fast fashion.
- Deinfluencer minimalisme: Mengajak masyarakat untuk menjalani gaya hidup sederhana dengan mengurangi jumlah barang yang dimiliki. Mereka mengkampanyekan pentingnya mengutamakan kualitas barang daripada kuantitasnya.
- Reviewer jujur: Mereka aktif mengulas produk secara jujur, mendalam, serta didasarkan pada pengalaman pribadi.
- Kritikus produk: Jenis deinfluncer ini fokus menyoroti produk yang menampilkan klaim berlebihan, padahal sebenarnya tidak cukup layak untuk dibeli.
Cara Kerja Deinfluencer
Karena deinfluencer mengajak orang lain untuk berpikir lebih kritis dan logis sebelum membeli sesuatu, maka dalam penyampaiannya mereka juga perlu memperhatikan cara-cara khusus. Berikut adalah gambaran cara kerja deinfluencer:
1. Mengidentifikasi Produk Secara Netral
Sejatinya, tidak ada produk yang sempurna atau tanpa cela. Nah, disinilah deinfluencer mengajak orang lain untuk mengidentifikasi produk secara objektif, yaitu dengan mengakui kelebihannya dan menghargai kekurangannya.
2. Memberikan Edukasi tentang Sustainable Consumption
Sustainable consumption adalah pola konsumsi yang berfokus pada pemenuhan kebutuhan dasar, dengan tetap membatasi pemakaian sumber daya alam agar tidak menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan. Pola ini merupakan kebalikan dari pola konsumsi berlebihan.
Karena deinfluencer mengkampanyekan pentingnya bersikap bijak dalam konsumsi, maka secara tidak langsung mereka juga memberikan edukasi tentang risiko dan dampak konsumsi berlebihan.
3. Membangun Kesadaran Finansial
Pada akhirnya, dua cara di atas bermuara pada kesadaran finansial. Sebab, dengan memahami produk secara objektif dan memilih produk yang benar-benar dibutuhkan, seseorang akan lebih sadar pada pilihannya, tidak impulsif, dan mampu mengelola pengeluaran secara lebih baik.
Baca juga: Cara Menghemat Energi Agar Keuangan Lebih Hemat dan Bumi Lebih Lestari
Dampak Deinfluencer bagi Lingkungan
Pada bagian awal, telah disebutkan bahwa deinfluencer mengajak masyarakat untuk berpikir logis dan rasional sebelum membeli barang. Faktanya, ini merupakan salah satu prinsip dalam sustainable living atau gaya hidup yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, dampak deinfluencer terhadap lingkungan pun terbilang cukup besar. Berawal dari ajakan untuk membeli produk dengan pertimbangan yang rasional, seseorang akan terhindar dari kebiasaan menumpuk barang yang tidak terpakai.
Nah, jika seseorang lebih selektif dalam berbelanja, jumlah sampah kemasan dan barang yang cepat rusak otomatis akan berkurang. Lebih lanjut, apabila konsumsi masyarakat berkurang, maka permintaan terhadap produk pun juga berkurang. Dengan demikian, proses produksi massal yang menyumbang emisi karbon juga ikut menurun.
Hal ini selaras dengan penelitian yang dipublikasikan dalam Jurnal Taylor & Francis Online. Disebutkan bahwa peran deinfluencer dapat dimaksimalkan untuk membentuk perilaku konsumen dan mempromosikan gaya hidup berkelanjutan.
Terbukti bahwa keberhasilan mereka dipengaruhi oleh kredibilitas, keaslian (authenticity), dan altruisme (rasa tulus ingin menolong).
Sekian penjelasan mengenai deinfluencer dan dampaknya terhadap lingkungan. Pada akhirnya, tak berlebihan kalau deinfluencer disebut sebagai agen pelestarian lingkungan di media digital.
Jika deinfluencer bisa memaksimalkan peran di platformnya, kamu pun juga bisa mengambil peran dengan cara yang lain. Yuk, bergabung bersama Indonesia Asri dan ikuti beragam kegiatan yang berdampak positif bagi kelestarian bumi.
Di Indonesia Asri, kamu bisa mengikuti banyak program seru yang mendukung semangat cinta lingkungan, salah satunya #AksiAsri. Jangan tunda lagi! Daftarkan dirimu sekarang dan jadi Warga Asri yang bersinergi untuk bumi yang lebih sehat!
Baca juga: Bersih-Bersih Sampah Digital dengan Digital Decluttering Itu Penting, Yuk Sering Lakukan!