Table of Contents
Sistem pengelolaan sampah mengatur bagaimana sampah diolah hingga pembuangannya. Sistem ini mencakup proses pemilahan hingga pembuangan yang dilakukan secara aman. Dengan sistem yang terencana, dampak negatif sampah pada kesehatan dan lingkungan bisa diminimalkan.
Lantas, apa sajakah hal penting yang perlu dicatat dari penerapan sistem pengelolaan sampah? Simak informasi selengkapnya di bawah ini.
Apa Itu Sistem Pengelolaan Sampah?
Sistem pengelolaan sampah adalah rangkaian proses yang mengatur bagaimana sampah dikurangi, dipilah, dimanfaatkan kembali, dan dibuang dengan cara aman. Sistem ini melibatkan teknologi, aturan, dan langkah pengelolaan yang dirancang untuk menekan dampak lingkungan dari aktivitas masyarakat.
Banyak negara menerapkan model pengelolaan terpadu karena lebih efektif. Pendekatan pengelolaan sampah menggunakan teknologi mencakup pengurangan volume sampah dari sumbernya, pemilahan, daur ulang, kompos, hingga pemulihan energi.
Semua langkah tersebut diatur dengan regulasi yang mendorong ekonomi sirkular dan melibatkan pemerintah, pelaku usaha, serta masyarakat. Dengan sistem yang terstruktur, setiap jenis sampah akan mendapat penanganan sampai tahap akhir secara efektif dan aman.
Jenis Sistem Pengelolaan Sampah

Tempat pemrosesan akhir menentukan kualitas lingkungan jangka panjang. Saat ini, ada tiga jenis sistem yang umum digunakan untuk pengelolaan sampah di Indonesia. Berikut masing-masing penjelasan singkatnya:
1. Open Dumping
Open dumping adalah sistem yang dikelola dengan menumpuk sampah di lahan terbuka tanpa perlindungan. Cara ini dapat memicu bau yang kuat, gas metana, dan pencemaran air tanah akibat lindi sehingga meningkatkan risiko kesehatan bagi warga sekitar.
Karena sampah hanya ditumpuk tanpa penanganan, volume timbunan terus bertambah dan micu banyak masalah lingkungan. Dengan demikian, pemerintah mewajibkan seluruh TPA menghentikan praktik ini melalui UU No. 18 Tahun 2008 Pasal 44 dan 45.
2. Controlled Landfill
Controlled landfill merupakan tahap transisi dari open dumping menuju sanitary landfill. Di sini, sampah akan diratakan, dipadatkan, lalu ditutup tanah secara berkala. Langkah ini membantu menekan bau, mengurangi gas metana, dan membatasi pertumbuhan serangga hama.
Jenis sistem ini membutuhkan biaya operasional yang lebih besar dibanding open dumping. Itulah mengapa controlled landfill sering diterapkan di daerah yang memiliki keterbatasan dana tetapi ingin memperkecil dampak lingkungan.
3. Sanitary Landfill
Sanitary landfill menata sampah dengan cara menimbun, memadatkan, dan menutupnya dengan lapisan tanah untuk menjaga lingkungan tetap aman. Sistem ini memiliki perlindungan jauh lebih baik karena mampu mengendalikan lindi dan gas, sekaligus menjaga tanah dan air dari kontaminasi.
Pembangunan sanitary landfill memerlukan biaya investasi besar dan ketersediaan tanah untuk penutup timbunan. Di Indonesia, salah satu fasilitas yang sudah menerapkan sistem ini adalah TPA Talang Gulo di Jambi. Negara yang dapat dijadikan contoh dalam penerapan sanitary landfill adalah Tiongkok dengan lebih dari 600 fasilitas sanitary landfill.
Baca juga: Perbedaan Sampah dan Limbah, Jangan Sampai Tertukar!
Tahapan Umum Pengelolaan Sampah
Tahapan pengelolaan sampah bekerja secara berurutan. Tujuannya adalah agar sampah bisa ditangani dengan aman. Berikut tahapannya:
1. Pemilahan dan Pengelompokan di Sumber

Pemilahan dimulai sejak sampah muncul di rumah, industri, atau tempat usaha. Pada tahap ini, sampah perlu dipisahkan menjadi kelompok organik, daur ulang, elektronik, sampah berbahaya (B3), sampah padat, dan sampah cair agar pengolahan berikutnya lebih mudah.
2. Pengumpulan dan Pengangkutan
Sampah yang sudah dipilah kemudian diambil oleh layanan kebersihan daerah atau perusahaan pengangkut. Setelah itu, sampah dibawa ke TPS, fasilitas pengolahan, instalasi air limbah, atau lokasi pembuangan akhir.
3. Pengolahan dan Pemulihan
Fasilitas pengelolaan sampah menggunakan teknologi untuk memisah, mengolah, atau mengubah sampah menjadi energi dan material baru. Proses yang digunakan bisa berupa sortir otomatis, kompos, daur ulang mekanis, atau daur ulang kimia.
4. Daur Ulang dan Penggunaan Kembali
Material seperti kertas, kaca, dan logam diproses kembali menjadi bahan baku. Langkah ini dapat membantu mengurangi volume sampah dan menekan penggunaan sumber daya alam.
5. Penanganan Akhir
Sampah yang tidak bisa diproses ulang masuk ke penanganan akhir sesuai regulasi. Opsi penanganan akhir mencakup sanitary landfill, incinerator dengan pemulihan energi, atau penyimpanan limbah berbahaya.
6. Edukasi dan Kesadaran Publik
Tahapan tambahan yang penting adalah edukasi kepada masyarakat. Upaya ini diharapkan dapat mendorong masyarakat untuk memilah, mengurangi, dan mengolah sampah dengan benar secara mandiri.
Penggunaan teknologi yang disebutkan sebelumnya memang penting untuk diperhatikan. Namun, perilaku masyarakat yang akhirnya dapat menentukan keberhasilan seluruh sistem pengelolaan sampah.
Baca juga: Sampah Residu: Jenis, Contoh, dan Cara Pengelolaannya yang Tepat!
Metode Pengelolaan Sampah

Beragam metode dapat digunakan untuk memastikan sampah diolah dengan aman dan tidak membahayakan lingkungan. Beberapa di antaranya:
1. Pengomposan
Metode ini memanfaatkan bahan organik, seperti sisa makanan dan daun kering, untuk diubah menjadi kompos yang kaya nutrisi. Hasil pengomposan nantinya bisa dipakai kembali untuk memperbaiki kualitas tanah sekaligus menekan volume sampah yang masuk ke TPA.
2. Waste to Energy (WTE)
Pendekatan ini mengubah sampah yang tidak bisa didaur ulang menjadi energi. Prosesnya dapat menghasilkan panas, listrik, atau bahan bakar. Beberapa teknologi utamanya antara lain:
- Anaerobic digestion: Pengolahan limbah organik dalam kondisi tanpa oksigen. Proses ini menghasilkan biogas yang kaya metana sehingga dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi.
- Gasification: Proses ini mengubah limbah organik menjadi gas sintesis (syngas). Gas ini bisa digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik atau bahan baku kimia. Emisi yang dilepas juga lebih rendah dibanding pembakaran biasa.
- Pyrolysis: Pemanasan sampah pada suhu tinggi dalam kondisi tanpa oksigen. Hasilnya berupa bio-oil, syngas, dan char yang dapat dimanfaatkan kembali.
3. Bioremediasi
Bioremediasi menggunakan mikroorganisme untuk mengurangi dan menetralisasi limbah berbahaya. Itulah mengapa cara ini cocok digunakan untuk lokasi yang terkontaminasi karena prosesnya lebih alami dan aman.
Kondisi dan Tantangan Pengelolaan Sampah di Indonesia
Di Indonesia, banyak TPA masih beroperasi layaknya open dumping sehingga risiko pencemaran tinggi. Perlu adanya perbaikan infrastruktur dan pembiayaan agar bisa transisi ke sanitary landfill.
Sementara itu, pemilahan sampah di sumber juga masih belum merata. Masih banyak masyarakat yang belum memahami pentingnya memilah sampah hingga membuangnya secara bijak.
Dalam hal ini, diperlukan upaya edukasi warga hingga regulasi daerah untuk meningkatkan kemampuan daur ulang dan mengurangi tumpukan sampah.
Sementara itu, di sektor industri kian bermunculan usaha daur ulang berbasis teknologi untuk mengurangi sampah di TPA.
Lalu, apakah ada wadah bagi individu yang ingin mendukung pengelolaan sampah lebih baik demi lingkungan yang lestari?
Jika kamu ingin berkontribusi membangun lingkungan yang lebih bersih dan sehat, bergabunglah dengan Indonesia Asri. Melalui kegiatan positif seperti #AksiAsri, Indonesia Asri mengajak masyarakat untuk membangun kebiasaan ramah lingkungan dan berkelanjutan.
Tunggu apa lagi? Yuk, daftarkan dirimu sekarang menjadi Warga Asri dan mulai perjalananmu dalam memberi dampak nyata dan menjaga bumi tetap sehat!
Baca juga: Cara Pengolahan Sampah Anorganik, Ini Jenis-Jenisnya!
