Challenge: DAY 49 – Makan Tengah Bareng di Resto | User: Abdul Kharis

Tulisan saya minggu lalu tentang Megibung ditanggapi seorang pembaca yang rupanya ingat bahwa sekitar tahun 1970-an di Sulawesi Utara, masyarakat Minahasa masih sering menyelenggarakan acara makan bersama. Nasi dan makanan disajikan di atas selembar daun pisang (utuh dengan tulang/tangkai daun di tengah), dan para tamu duduk berkeliling menyantap makanan itu. Catatan itu mengingatkan acara yang pernah diselenggarakan Komunitas Jalansutra sekitar dua tahun silam. Lebih dari 50 JS-ers “kencan” untuk bertemu di sebidang sawah di Desa Gasol, Cianjur. Acara ini berawal dari posting Ika Suryanawati, yang bercerita tentang upayanya membudidayakan padi secara organik di sebidang sawah miliknya. Acara ini bahkan sempat kami ulangi bersama para pendengar Delta FM yang diselenggarakan oleh Ida Arymurti. Sesudah melihat-lihat sawah, kami dijamu makan siang bersama yang tidak akan pernah kami lupakan. Seru banget. Caranya persis sama dengan yang disebutkan pembaca di atas. Artinya, Cianjur dan Minahasa punya kesamaan budaya? Demikianlah, bila kita rajin menyimak persamaan dan kesamaan, sebetulnya perbedaan-perbedaan kecil yang ada pada berbagai produk dan praktik budaya warga dunia, justru merupakan warna-warni dan pelangi yang indah. Lauknya boleh beda, tetapi ternyata “ritual”-nya sama. Di Minahasa, barangkali lauknya adalah ayam tinoransak, ikan bakar rica, tumis bunga pepaya, dan perkedel nike. Di Cianjur, lauknya adalah ayam goreng bumbu kuning, ikan asin bakar, sayur asem, serta lalapan dan sambal. Wuih, lezatnya! Cara makan seperti itu membuat orang yang paling jaim (jaga imej) pun akan luluh dan makan banyak tanpa batas. Bila dirunut, tradisi makan komunal di Minahasa yang mayoritas penduduknya beragama Kristen itu sangat mungkin memang berasal dari tradisi Kristen. Di masa lalu, khususnya di kawasan Asia yang berbatasan dengan Eropa, para ibu mempunyai kewajiban untuk menyelenggarakan acara makan bersama di komunitasnya masing-masing. Pada waktu itu budaya tulis dan cetak belum mekar, sehingga penyampaian kisah-kisah Alkitab dilakukan oleh para ibu-ibu yang harus menghafalnya untuk disampaikan pada acara-acara makan malam bersama.

 

Ikutan #AksiAsri365, Bangun Kebiasaan Hidup Ramah Lingkungan Berlimpah Hadiah!

    Kontribusi untuk menjaga lingkungan bisa dimulai dari langkah terkecil. Salah satunya dengan mengubah gaya […]

oleh Indonesia Asri
April 4, 2024
 

Para Ibu Bisa Ikut Selamatkan Bumi dari Krisis Iklim, Ini Caranya

Masyarakat tengah dihadapkan dengan perubahan dan krisis iklim yang semakin nyata. Greenpeace Indonesia mencatat, kondisi tersebut […]

oleh Indonesia Asri
July 2, 2024
 

Cara Mengajarkan Anak Sustainable Living untuk Kebaikan Lingkungan

PT Chandra Asri Pacific Tbk (Chandra Asri Group), perusahaan kimia terdepan dan solusi infrastruktur di Indonesia, […]

oleh Indonesia Asri
June 25, 2024
 

Generasi Muda Harus Peduli Akan Lingkungan Hidup

Generasi Muda harus memiliki komitmen untuk mengurangi dampak lingkungan dengan melakukan kegiatan pelestarian lingkungan dan keanekaragaman […]

oleh Indonesia Asri
June 18, 2024
 

Minyak Jelantah Jangan Langsung Dibuang! Bisa Diolah lagi dengan Manfaat Berlimpah!

Siapa sih yang nggak doyan gorengan? Di balik kenikmatannya, ada minyak goreng yang dipakai untuk mengolah […]

oleh Indonesia Asri
June 11, 2024
 

Bergerak dari Akar Rumput, Tercipta 150 Bank Sampah di Solo

Cita-cita Denok Marty Astuti sederhana saja, dia ingin agar Kota Solo, tempat tinggalnya, menjadi kota yang […]

oleh Indonesia Asri
May 27, 2024
 

Bersih-Bersih Sampah Digital dengan Digital Decluttering Itu Penting, Yuk Sering Lakukan!

  Sampah digital patut menjadi perhatian di masa sekarang. Ketika Warga Asri mengikuti tantangan #AksiAsri365 hari […]

oleh Indonesia Asri
May 24, 2024