Table of Contents
Sudah bukan rahasia lagi, salah satu penyebab pencemaran lingkungan dan banjir adalah pengelolaan limbah yang kurang tepat, terutama limbah padat. Mengingat volumenya yang besar, limbah padat membutuhkan perlakuan khusus agar dampak buruknya tidak meluas.
Sudahkah Warga Asri memahami contoh limbah padat dan dampaknya terhadap lingkungan hidup? Artikel ini akan memaparkan definisi, contoh, dampak, sekaligus cara mengelola limbah padat secara efektif. Yuk, simak!
Apa Itu Limbah Padat?
Limbah padat adalah bahan sisa dari aktivitas manusia dan proses alam yang berwujud padat atau semipadat. Bahan sisa ini dapat berasal dari pemukiman, sekolah, perkantoran, pertanian, industri, atau fasilitas sejenisnya.
Selain bentuknya yang padat, ada beberapa karakteristik limbah padat yang perlu Warga Asri ketahui. Namun sebelum itu, kita perlu membaginya dulu berdasarkan sifat limbah.
Berdasarkan sifatnya, jenis limbah padat dibagi menjadi limbah padat organik dan anorganik. Berikut adalah sejumlah karakteristik limbah padat organik:
- Berasal dari makhluk hidup.
- Tidak mudah berubah bentuk.
- Dapat terurai oleh mikroorganisme.
- Relatif tidak berbahaya.
Adapun limbah padat anorganik mempunyai beberapa karakteristik berikut:
- Berasal dari industri manusia.
- Sulit atau bahkan tidak dapat terurai oleh mikroorganisme.
- Dapat mengandung racun atau bahan berbahaya lainnya.
Baca juga: Apa Itu Limbah Elektronik dan Apa Dampaknya Bagi Lingkungan?
Contoh Limbah Padat

Setelah mengenali seperti apa limbah padat secara umum, saatnya mengetahui contohnya berdasarkan pengelompokan di atas. Di bawah ini beberapa bentuk limbah padat organik:
- Sisa makanan.
- Sayuran.
- Kulit buah.
- Ampas teh dan kopi.
- Cangkang telur.
- Tulang hewan.
- Daun kering dan ranting.
- Kotoran manusia dan ternak.
- Limbah pertanian.
Adapun contoh limbah padat anorganik antara lain:
- Kaca.
- Logam.
- Kayu.
- Kertas.
- Kaleng.
- Baterai.
- Mainan rusak.
- Asbes.
- Aki.
- Pecahan keramik.
- Pipa PVC.
Dampak Limbah Padat
Limbah padat yang tidak dikelola dengan tepat bisa memicu berbagai masalah serius, di antaranya:
Penurunan Kualitas Air
Tak jarang limbah padat dibuang langsung ke perairan atau terbawa di dalam aliran limbah cair. Masuknya limbah padat ke saluran drainase, sungai, atau danau membuat air terkontaminasi bahan kimia, lalu berubah warna, rasa, dan baunya. Kondisi ini merupakan sinyal dari menurunnya kualitas air.
Artikel pada Jurnal Ilmu Ekonomi Pembangunan menyebutkan bahwa perubahan pertumbuhan penduduk berdampak buruk terhadap indeks kualitas air. Bahkan, efek ini terjadi secara signifikan dan meluas, baik di tingkat regional maupun nasional.
Munculnya Gas Beracun
Limbah padat organik yang ditimbun di tanah akan mengalami pembusukan. Proses ini terjadi karena mikroorganisme tanah memecah bahan organik menjadi senyawa lain, yang kemudian menghasilkan berbagai jenis gas.
Gas tersebut antara lain hidrogen sulfida (H2S) yang beracun, amoniak (NH3) yang bisa mengiritasi saluran pernapasan, metana (CH4) yang mudah terbakar, dan karbondioksida (CO2) yang dapat memperburuk efek rumah kaca.
Kerusakan Struktur Tanah
Apabila limbah padat anorganik dibiarkan berserakan di permukaan tanah, bahan kimianya bisa terbawa aliran air dan meresap ke dalam struktur tanah. Akibatnya, terjadi akumulasi polutan yang merusak struktur alami tanah dan mengganggu fungsi ekologisnya.
Hal ini bisa menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti terganggunya mikroorganisme tanah dan menurunnya kesuburan tanah.
Baca juga: Cara Mengatasi Pencemaran Tanah: Penyebab, Dampak, dan Solusi
Peningkatan Risiko Penyakit
Dampak kesehatan berkaitan erat dengan kerusakan tanah yang dijelaskan sebelumnya. Pasalnya, tanah menjadi tempat hidup berbagai tumbuhan yang dikonsumsi manusia.
Apabila tumbuhan yang terkontaminasi itu dikonsumsi manusia, risiko penyakit berbahaya seperti kerusakan saraf, kelainan perkembangan, hingga kanker bisa meningkat.
Penurunan Kualitas Hidup
Pada akhirnya, limbah padat yang tidak dikelola dengan tepat bisa menimbulkan dampak multidimensi, baik menyangkut kesehatan, ekonomi, maupun sosial.
Limbah yang membusuk menimbulkan bau menyengat yang mengurangi kenyamanan dan masalah pernapasan. Air yang terkontaminasi bisa menurunkan akses terhadap air bersih sehingga mengganggu aktivitas harian.
Jika taman, pantai, atau ruang terbuka lain sudah tercemar, manusia akan sulit mendapatkan tempat nyaman untuk rekreasi atau bersosialisasi. Semuanya mengarah pada penurunan kualitas hidup manusia.
Cara Mengelola Limbah Padat

Ada berbagai cara mengelola limbah padat yang bisa kamu lakukan untuk mengatasi dampak di atas. Berikut beberapa di antaranya:
Melakukan Pengomposan
Pengomposan atau composting adalah proses alami untuk mendaur ulang bahan organik menjadi pupuk. Bahan organik yang biasanya didaur ulang adalah buah busuk, sisa sayuran segar, dan daun kering.
Proses ini melibatkan berbagai organisme seperti jamur, bakteri, actinomycetes, serta cacing tanah. Pengomposan dimulai dengan pemisahan limbah organik dari limbah anorganik, lalu pencacahan, pencampuran, pembusukan, dan pemanenan.
Sesuai namanya, hasil akhir proses ini adalah pupuk kompos yang bisa menyuburkan tanah dan tanaman.
Menerapkan Sanitary Landfill
Sanitary landfill adalah metode penimbunan limbah padat di dalam tanah yang menggunakan sistem teknis tertentu supaya tidak mencemari lingkungan. Dalam prosesnya, diperlukan tanah lempung sebagai lapisan air agar air sampah tidak terserap langsung ke dalam tanah.
Metode ini utamanya ditujukan untuk mengurangi risiko pencemaran tanah. Selain itu, sanitary landfill juga dinilai positif karena dapat menghindari ledakan gas metana serta menghasilkan gas sebagai bahan bakar penggerak turbin.
Mengolah Plastik Menjadi Aspal Plastik dan Minyak Pirolisis
Aspal plastik merupakan campuran aspal yang mengandung cacahan plastik. Metode pencampuran ini juga bisa meningkatkan ketahanan terhadap deformasi dan tahan retak. Stabilitas jalan juga meningkat hingga 40%.
Adapun minyak pirolisis dihasilkan dari proses penguraian limbah menjadi bahan bakar ramah lingkungan. Bentuknya bisa gas, cair, maupun residu padat. Dalam prosesnya, dibutuhkan suhu tinggi dan area yang udaranya terbatas atau bahkan tanpa udara.
Berbicara mengenai aspal plastik dan minyak pirolisis, Chandra Asri Group telah berhasil menghasilkan keduanya, lho. Bahkan, aspal plastik Chandra Asri sudah digunakan di lebih dari 120 km jalan di seluruh Indonesia.

Inisiasi lain dari Chandra Asri adalah minyak pirolisis PLUSRI. Minyak ini merupakan bahan bakar terbarukan hasil pirolisis plastik yang telah digunakan oleh berbagai pelaku industri lokal.
Salah satu UMKM yang sudah memanfaatkan PLUSRI adalah Batik Krakatoa Cilegon. UMKM batik ini memanfaatkan PLUSRI sebagai bahan bakar untuk memanaskan malam dan mewarnai produk batiknya.

Setelah memahami berbagai contoh limbah padat serta cara pengelolaannya, pastikan untuk ambil bagian dalam upaya pengolahan limbah ini agar dampaknya bisa diminimalkan, ya.
Selain ketiga cara di atas, kamu juga bisa menunjukkan kepedulianmu pada lingkungan dengan bergabung bersama Indonesia Asri. Ada berbagai program pelestarian lingkungan yang dikemas dengan format yang seru, salah satunya #AksiAsri.
Siap memulai perubahan demi kelestarian Bumi tercinta? Yuk, daftarkan dirimu jadi Warga Asri sekarang juga!
Baca juga: Manfaat Eco Enzyme dan Cara Membuatnya yang Praktis, Catat!
